PENDETA DARI KELUARGA TUKANG BOTOT
Karya NN
Pemain : Polin,
Pandi, Minjo, Marto dan Malik.
Narator : Ada dua orang yang bersahabat karib
namanya, Polin dan Pandi. Polin anak seorang pegawai, sedang Pandi adalah
seorang anak tukang botot, dan Pandi selalu membantu bapaknya mencari barang
bekas sebagai botot yang harus dijual ke kota.Namun Pandi tidak merasa malu
dengan pekerjaan bapaknya. Sementara tidak jau dari tempat mereka tinggal, ada
tiga orang sekawan yang terdiri dari Minjo, Marto, Malik. Mereka berasal dari
keluarga yang berada. Suatu saat mereka bertiga melihat Pandi membuat hiasan
Natal dari barang barang bekas seperti botol aqua, kawat dan piring plastik
pecah yang sudah dibersihkan. Dari jauh mereka melihat hsil karya Pandi itu
diperjualbelikan dengan harga yang mahal karena keindahanya.
BABAK I
Minjo : Teman
teman, mari kita kerjain si Pandi, pasti dia sudah mempunyai banyak uang. Kita
intip saja kapan dia lewat sini dan kita ambil semua uangnya.
Marto : Betul
juga katamu kawan, ayolah kita cekal dia.
Malik :
Okelah, kita tungu saja dia lewat sini, kebetulan biasanya jam segini dia sudah
pulang dari pasar mengantar barang jualannya. Pasti dia dapat uang banyak hasil
penjualannya.
(mereka menunggu dan tak lama kemudian lewatlah Pandi
dari depan mereka bertiga)
Malik : Hai
pencuri, mana uangmu itu Pandi, serahkan kepada kami karena kau telah mengambil
botol botol aqua kami yang diletakkan di keranjang sampah depan rumah kami.
Pamdi : Tidak
teman, aku tidak mencurinya karena aku mengambilnya dari tempat ampah, itu
berarti kalian telah membuangnya.
Marto : ayo,
jangan banyak cakap, berikan uang itu kepada kami.
(smabil mergoh ke
kantong Pandi dan Pandi berusaha melawan).
Pandi : jangan
kawan kawan, ini uang untuk biaya sekolahku. Aku harus menabungnya supaya aku
bisah sekolah.
Minjo : Akh......
banyak kali ceritamu, kau sekolah di neheri kog, untuk apa biaya sekolah. Ayo
serahkan atau tidak? Kami memukuklmu.
(Mereka
bertiga memukul Pandi dan Pandi sendiri sambil melawan dan meronta serta kadang
kadang menjerit minta tolong, sedangkan mereka bertiga bertiga berhasil
mengambil lewatlah Polin).
Malik : Ayo
lariii, cepat kawan, nanti kita dikejar orang orang ini.
(merekapun berlari meninggalkan Pandi kesakitan. Tak lama kemudian
lewatlah Polin).
Pandi : Tolong,
aku dipukul Minjo, Malik dan Marto.
Polin : Apa
yang terjadi Pandi.
Pandi : Mereka
bertiga merampas uang hasil daganganku dari hiasan Natal. Aku dituduh mencuri
bototl botol aqua bekas mereka padahal aku mengambilnya dari tempat sampah. Aku
harus mengumpulkan uang untuk membantu bapak dan ibu untuk memenuhi keperluan
sekolahku.
Polin : aku
laporkan saja mereka ke orang tuanya dan
bilah perlu ke Polisi biar mereka di hukum.
Pandi : Biarlah
begitu, aku takut kalau melaporkan meraka nanti, jadi semakin parah lagi aksi
mereka padaku.
Polin : Yah
sudahlah, lain kali hati hati kalau lewat depan rumah mereka, dan jangan
biarkan mereka memperlakukanmu seperti
ini. Laporkan saja kepada yang berwajib.
Pandi : Baiklah
Polin untuk kali ini karena suana Natal aku maafkan saja mereka tetapi lain
kali kulaporkan saja ke Polisi.
Polin : Marilah
kita pulang biar siap siap mengikuti Natal nanti malam.
(layar ditutup)
Narator : 20 tahun kemudian Pandi menjadi seorang
Pendeta dan Polin menjadi seorang penjaga penjara di suatu Lembaga
pemasyarakatan (LP). Secara kebetulan, pada saat suasana Natal, LP tersebut
merayakan Natal dan mengundang seorang Pengkotbah yaitu Pandi.
Berkotbahlah
Pandi di LP itu. Yang menjadi kotbahnya adalah Matius 3 tentang Johannes
Pembaptis yang menyerukan pertobatan.
BABAK II
(Suana Natal
para narapidana 10 – 20 orang, keliahatan Marto dan Minjo yang tertunduk saja
ketika Pandi berkotbah, sementara para napi yang lain sangat tejun mendengarkan
kotbah itu hingga acara Natal itu berakhir, mereaka harus bersalam salaman).
Polin : Ayo
kita salam Pak Pendeta, semua berbaris menyalam, jangan ada yang tidak
menyalamnya.
(Marto dan Minjo ikut bersalaman dan merekapun tak dapat mengelak
perintah penjaga penjara yang mereka kenal juga. Ketika mereka menyalam, mereka
tak mau melihat ke arah Pandi karena malu).
Polin : (Sambil berbisik kepada Pandi), kau
masih ingat mereka dulu merampas kau ditenga jalan pas pada ssat Natal begini
?
Pandi : Yah,
aku tak mungkin lupa, (sambil bersalaman
dia bertanya kepada dua orang yang terakhir menyalamnya) apakah kalian
Marto dan Malik ?.
Marto : Ya
Pak Pendeta, aku Marto dan ini Minjo, bukan Malik karena Malik sudah meninggal.
Pandi : Kasus
apa yang kalian yang perbuat sehingga kalian ada disini ?.
Minjo : narkoba
dan miras. Kami sudah hampir setahun hidup disini. Teman kami Meinggal karena
tertembak Polisi ketika melarikan diri
(sambil sedih menangis).
Pandi : Jadi
bagaimana perasaan kalian sekarang ?.
Marto : kami
mau minta maaf kepadamu Pandi. Kami malu karena kami ada disini dan kami
sendiri tidak berhasil melanjutkan pendidikan kami keperguruan tinggi hanya
karena kami terkibat dalam kasus narkoba.
Minjo : Kami
minta maaf, kotbah yang kau smapaikan sangat menyentuh hatiku.
Marto : Aku
juga Pandi, maafkanlah kami (sambil
menunduk dan menangis).
Pandi : Berdirilah,
aku sudah lama memaafkan kalian. Aku senang bisa bertemu kalian dan aku
berhjarap kalian bertobat. Ingatlah Yesus datang untuk memanggil orang orang
berdosa, oleh sebab itu perbuatlah hal hal yang baik.
Polin : Mauilah
kita menikmati suasanaNatal ini dengan saling memaafkan dan membuahkan
paerbatan baik. Meskipun kalian harus menjaani hukuman di LP ini, tetapi
berlakulah baik dan sopan supaya kalian mendapat remisi atau pengurangan masa
tahanan pada masa Natal ini.
Pandita : Tuhan
memberkati kalian.
(Sambil berpelukan, mereka menyayikan lagu “Kasih iu
murah hati....”)
S E L E S A
I
Label: Drama Natal
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda