Senin, 26 Mei 2014

PENDETA DARI KELUARGA TUKANG BOTOT



Karya NN




Pemain           :    Polin, Pandi, Minjo, Marto dan Malik.
Narator           :    Ada dua orang yang bersahabat karib namanya, Polin dan Pandi. Polin anak seorang pegawai, sedang Pandi adalah seorang anak tukang botot, dan Pandi selalu membantu bapaknya mencari barang bekas sebagai botot yang harus dijual ke kota.Namun Pandi tidak merasa malu dengan pekerjaan bapaknya. Sementara tidak jau dari tempat mereka tinggal, ada tiga orang sekawan yang terdiri dari Minjo, Marto, Malik. Mereka berasal dari keluarga yang berada. Suatu saat mereka bertiga melihat Pandi membuat hiasan Natal dari barang barang bekas seperti botol aqua, kawat dan piring plastik pecah yang sudah dibersihkan. Dari jauh mereka melihat hsil karya Pandi itu diperjualbelikan dengan harga yang mahal karena keindahanya.

BABAK  I

Minjo              :    Teman teman, mari kita kerjain si Pandi, pasti dia sudah mempunyai banyak uang. Kita intip saja kapan dia lewat sini dan kita ambil semua uangnya.
Marto              :    Betul juga katamu kawan, ayolah kita cekal dia.
Malik              :    Okelah, kita tungu saja dia lewat sini, kebetulan biasanya jam segini dia sudah pulang dari pasar mengantar barang jualannya. Pasti dia dapat uang banyak hasil penjualannya.

(mereka menunggu dan tak lama kemudian lewatlah Pandi dari depan mereka bertiga)

Malik              :    Hai pencuri, mana uangmu itu Pandi, serahkan kepada kami karena kau telah mengambil botol botol aqua kami yang diletakkan di keranjang sampah depan rumah kami.
Pamdi             :    Tidak teman, aku tidak mencurinya karena aku mengambilnya dari tempat ampah, itu berarti kalian telah membuangnya.
Marto              :    ayo, jangan banyak cakap, berikan uang itu kepada kami.
                            (smabil mergoh ke kantong Pandi dan Pandi berusaha melawan).
Pandi              :    jangan kawan kawan, ini uang untuk biaya sekolahku. Aku harus menabungnya supaya aku bisah sekolah.
Minjo              :    Akh...... banyak kali ceritamu, kau sekolah di neheri kog, untuk apa biaya sekolah. Ayo serahkan atau tidak? Kami memukuklmu.

(Mereka bertiga memukul Pandi dan Pandi sendiri sambil melawan dan meronta serta kadang kadang menjerit minta tolong, sedangkan mereka bertiga bertiga berhasil mengambil lewatlah Polin).

Malik              :    Ayo lariii, cepat kawan, nanti kita dikejar orang orang ini.
                            (merekapun berlari meninggalkan Pandi kesakitan. Tak lama kemudian lewatlah Polin).
Pandi              :    Tolong, aku dipukul Minjo, Malik dan Marto.
Polin               :    Apa yang terjadi Pandi.
Pandi              :    Mereka bertiga merampas uang hasil daganganku dari hiasan Natal. Aku dituduh mencuri bototl botol aqua bekas mereka padahal aku mengambilnya dari tempat sampah. Aku harus mengumpulkan uang untuk membantu bapak dan ibu untuk memenuhi keperluan sekolahku.
Polin               :    aku laporkan saja mereka  ke orang tuanya dan bilah perlu ke Polisi biar mereka di hukum.
Pandi              :    Biarlah begitu, aku takut kalau melaporkan meraka nanti, jadi semakin parah lagi aksi mereka padaku.
Polin               :    Yah sudahlah, lain kali hati hati kalau lewat depan rumah mereka, dan jangan biarkan  mereka memperlakukanmu seperti ini. Laporkan saja kepada yang berwajib.
Pandi              :    Baiklah Polin untuk kali ini karena suana Natal aku maafkan saja mereka tetapi lain kali kulaporkan saja ke Polisi.
Polin               :    Marilah kita pulang biar siap siap mengikuti Natal nanti malam.

(layar ditutup)
Narator           :    20 tahun kemudian Pandi menjadi seorang Pendeta dan Polin menjadi seorang penjaga penjara di suatu Lembaga pemasyarakatan (LP). Secara kebetulan, pada saat suasana Natal, LP tersebut merayakan Natal dan mengundang seorang Pengkotbah yaitu Pandi.
                            Berkotbahlah Pandi di LP itu. Yang menjadi kotbahnya adalah Matius 3 tentang Johannes Pembaptis yang menyerukan pertobatan.
BABAK  II

(Suana Natal para narapidana 10 – 20 orang, keliahatan Marto dan Minjo yang tertunduk saja ketika Pandi berkotbah, sementara para napi yang lain sangat tejun mendengarkan kotbah itu hingga acara Natal itu berakhir, mereaka harus bersalam salaman).

Polin               :    Ayo kita salam Pak Pendeta, semua berbaris menyalam, jangan ada yang tidak menyalamnya.
                            (Marto dan Minjo ikut bersalaman dan merekapun tak dapat mengelak perintah penjaga penjara yang mereka kenal juga. Ketika mereka menyalam, mereka tak mau melihat ke arah Pandi karena malu).
Polin               :    (Sambil berbisik kepada Pandi), kau masih ingat mereka dulu merampas kau ditenga jalan pas pada ssat Natal begini ? 
Pandi              :    Yah, aku tak mungkin lupa, (sambil bersalaman dia bertanya kepada dua orang yang terakhir menyalamnya) apakah kalian Marto dan Malik ?.
Marto              :    Ya Pak Pendeta, aku Marto dan ini Minjo, bukan Malik karena Malik sudah meninggal.
Pandi              :    Kasus apa yang kalian yang perbuat sehingga kalian ada disini ?.
Minjo              :    narkoba dan miras. Kami sudah hampir setahun hidup disini. Teman kami Meinggal karena tertembak Polisi ketika melarikan diri (sambil sedih menangis).
Pandi              :    Jadi bagaimana perasaan kalian sekarang ?.
Marto              :    kami mau minta maaf kepadamu Pandi. Kami malu karena kami ada disini dan kami sendiri tidak berhasil melanjutkan pendidikan kami keperguruan tinggi hanya karena kami terkibat dalam kasus narkoba.
Minjo              :    Kami minta maaf, kotbah yang kau smapaikan sangat menyentuh hatiku.
Marto              :    Aku juga Pandi, maafkanlah kami (sambil menunduk dan menangis).
Pandi              :    Berdirilah, aku sudah lama memaafkan kalian. Aku senang bisa bertemu kalian dan aku berhjarap kalian bertobat. Ingatlah Yesus datang untuk memanggil orang orang berdosa, oleh sebab itu perbuatlah hal hal yang baik.
Polin               :    Mauilah kita menikmati suasanaNatal ini dengan saling memaafkan dan membuahkan paerbatan baik. Meskipun kalian harus menjaani hukuman di LP ini, tetapi berlakulah baik dan sopan supaya kalian mendapat remisi atau pengurangan masa tahanan pada masa Natal ini.
Pandita           :    Tuhan memberkati kalian.
(Sambil berpelukan, mereka menyayikan lagu “Kasih iu murah hati....”)


S E L E S A I

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda